Acara pernikahan adalah salah satu ajang
kumpul-kumpul keluarga besar. Waktunya kita ketemu saudara dari segala penjuru
dunia dan kadang kita ketemu saudara yang sama sekali belum pernah kita temui.
Berhubung Big Brother saya akan menikah,
jadilah rumah kami di penuhi kedatangan tamu mancanegara! Ada tante dan paman
dari Jakarta, adik dan kakak perempuan kakek dari Hong Kong dan Palembang. Itu hanya yang menginap di rumah,
belum yang dari tempat lain-lainnya. Kita tentunya bersyukur banget, secara
jarang-jarang gitu bisa kumpul keluarga. Terutama dengan kakaknya kakek. Papa
dan Mama aja udah 28 tahun nggak pernah ketemu, apalagi saya. Jadi baru kali
itu kita ketemu. Usianya kalo ga salah sekitar 85 tahun, secara fisik masih sehat
hanya sedikit pikun. Hari pertama datang selalu bertanya di mana letak kamarnya
dan berulang kali lupa, tapi salutnya masih bisa naik turun tangga, menari dan
nyuci sendiri loh! Kalau adiknya yang dari Hong Kong, masih sangat sehat dan
kuat. Hebatnya dia sendirian naik pesawat pulang pergi.
Dan acara pernikahan pun di gelar. Semua
keluarga berkumpul dan tamu-tamu menikmati hidangan dan acara. Yang tadinya
repot selama berbulan-bulan terbayar dalam satu hari. Usai acara, mereka pun
jalan-jalan keliling Medan. Rata-rata komentar mereka tentang Medan kurang
begitu baik. Ada yang bilang Medan kotor, hujan setengah jam langsung banjir,
dan penguna jalan raya kurang tertib.
Dan terutama keluhan tentang pelayanan di
Bandara yang semerawut. Sebagai orang Medan saya cuma bisa diam, yang mereka
katakan itu benar adanya. Meski mengeluh tapi mereka tidak kapok datang ke
Medan karena kulinernya enak-enak. Terutama Durian!
Waktu Papa bawa pulang durian, semua sudah
bersiap-siap makan terutama kakaknya kakek yang sibuk mencari gigi palsunya.
Gigi palsunya dia rendam dalam gelas dan hanya di pakai ketika makan. Hari
terakhir keberadaanya di rumah, Big Brother saya menemukan gelasnya yang sudah
hilang beberapa hari dengan santai dia ambil dan beberapa detik sebelum di minum,
pembantu saya bilang: “Bang, itu gelas bekas rendaman gigi palsu.”
Sontak, dia meletakkan gelasnya “Kok kamu
kasih gelas saya untuk rendam gigi palsu? Kan masih banyak gelas lain.”
“Nenek yang pilih sendiri, bang. Dia bilang
dia suka warna kuning” jawab pembantu saya lugu. Dan memang gelas Big Brother
saya warnanya kuning. Otomatis semua yang ada di sana tertawa. Berulang kali
Big Brother saya bersyukur tidak jadi minum air bekas rendaman gigi palsu.
“Untung dia nggak suka warna biru” celetuk
Second Brother. Husss... nggak baik ngetawain orang tua, karena nggak ada
jaminan kalau kita tua tidak akan begitu. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar