Pagi-pagi kami check out dari hotel lalu naik taksi menuju terminal bus yang akan membawa kami ke Le Shan. Begitu turun dari taksi, terminal bus sudah ramai oleh penumpang dengan destinasi yang sama. Pemerintah Cina sepertinya sadar akan hal ini, menyediakan lebih dari ratusan armada bus yang jalan setiap setengah jam! Kami membeli tiket one way menuju Le Shan seharga RMB 50 (Sekitar 75 ribu, RMB 1 = 1500). Bus yang kami tumpangi terbilang bagus ada TV dan bersih. Dua jam kemudian kami tiba di kota Le Shan. Kota Le Shan sendiri sepertinya masih dalam tahap pembangunan, banyak gedung-gedung baru yang belum dihuni. Kami memutuskan untuk mengisi perut di salah satu restoran di Le Shan. Usai makan, kami bertanya pada pemilik restoran bagaimana cara menuju Giant Buddha. Si Pemilik restoran menyarankan kami untuk naik bus no 13 dari tempat kami turun tadi. Mengikuti saran pemiliik restoran, kami kembali ke tempat kami turun dan mendapati bus yang disebut tadi. Kali ini busnya tidak sebagus saat kami datang tetapi tarifnya cukup murah (RMB 1). Setelah cukup penuh, bus pun jalan. Di tengah jalan, bus berhenti dan mengangkut 1 orang penumpang wanita, yang ternyata bertugas seperti 'Guide'. Ia memberi informasi tentang tiket masuk Giant Buddha yang terbagi 2 jenis, lalu tempat penitipan tas beserta tarifnya, akhir dari penjelasannya itu, ia juga membagikan kami suvenir kecil berupa gantungan bertulis huruf Cina 'Fuo' yang berarti Dewa. Dan ia sama sekali tidak mengutip biaya! Atas informasi 'Guide tadi' kami memutuskan untuk menitip koper di salah satu tempat penitipan dengan tarif RMB 2. Benar saja, ternyata tiket masuk Giant Buddha terbagi 2 jenis, yaitu yang standar dan yang dapat melihat Giant Buddha. Kisaran harga tiket untuk yang standar RMB 90 dan untuk yang dapat melihat Giant Buddha RMB 120. Lantas bedanya apa? Untuk yang standar kita hanya dapat melihat komplek objek wisata Giant Buddha yang juga berisi pahatan-pahatan Buddha tapi versi lebih 'mini'. Sedangkan tiket yang satu lagi, kita dapat melihat semua objek wisata plus Giant Buddha yang terkenal itu.
'Mini' Buddha
Berhubung sudah jauh-jauh, kami memutuskan untuk membeli tiket yang full saja. Di dalam komplek objek wisata Giant Buddha sendiri banyak sekali turis yang berkelompok dengan Guide masing-masing. Dari pintu masuk kami sudah di 'sambut' beberapa Guide yang menawarkan jasa untuk mengajak kami berkeliling dengan membayar tarif tertentu. Kami pun menolak dengan halus, dan memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Komplek objek wisata Giant Buddha sendiri terbilang sangat besar dan penuh dengan papan petunjuk berbagai bahasa, seharian berjalan di dalam juga tidak akan habis! Banyak sekali pahatan patun-patung Buddha, ada yang di dalam goa ada yang di luar, ada tempat sembahyang, kolam ikan dan tempat beristirahat yang dilengkapi tempat berjualan. Untung saja kami sudah menitipkan koper di depan, karena kebayang repotnya menarik-narik koper sambil naik-turun tangga dan berjalan.
Giant Buddha
Kami pun akhirnya sampai pada tempat Giant Buddha yang ternyata berada di dekat kepala Sang Buddha. Untuk ke bawah, kami harus mengantri cukup panjang lagi. Berhubung antrian yang begitu panjang dan stamina yang sudah terkuras, kami memutuskan untuk tidak turun lagi.
River View
Dari atas, kami dapat melihat sungai dan beberapa kapal yang sedang berlayar. Konon, dulu di dalam sungai tersebut ada Monster yang suka membuat banjir dan mencelakakan perahuperahu yang sedang berlayar. Jadi seorang biksu memutuskan untuk membuat patung Buddha ini dengan harapan dapat mengendalikan Monster tadi. Proyek ini sendiri sempat tertunda selama bertahun-tahun akibat masalah finansial.
Di samping Giant Buddha tadi, ada sebuah kelenteng kecil yang sedang dibangun. Sewaktu perjalanan tadi, kami sempat melihat beberapa pekerja mengangkat sebuah kusen jendela. Sekitar enam pekerja mengangkat 1 kusen jendela sambil menaiki tangga. Terbayang ketika mereka memahat seluruh patung Buddha yang ada di dalam? Meski tiket masuknya cukup mahal, tapi worth to spent kok ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar